Predikat Haji Mabrur, Ibadah haji mabrur merupakan dambaan bagi setiap Muslim yang menunaikan ibadah haji. Hal tersebut bukan saja hanya karena didorong oleh motivasi dari hadits Rasulullah SAW yang menyebut bahwa aka nada balasan haji mabrur yaitu surga, tetapi juga karena sudah menjadi sebuah naluri manusia bahwa setiap individu itu ingin mengalami perubahan pada dirinya dengan menjadi manusia yang lebih baik.

Predikat Haji Mabrur yang Sebenarnya

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yakni Zainut Tauhid Saadi mengungkapkan, "Momentum haji adalah saat tepat seseorang untuk melakukan perubahan itu agar bisa mencapai predikat haji mabrur dengan sebagai manusia yang shaleh dan bertakwa kepada Allah SWT," jelasnya.

Dia kembali mengatakan, bahwa seseorang bisa saja untuk mendapatkan predikat haji mabrur apabila memiliki beberapa kriteria.  Pertama, motivasi dan niat ibadah dengan rasa ikhlas semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah SWT. Kedua, proses pelaksanaan hajinya harus sesuai dengan manasik yang telah dicontohkan Rasulullah SAW yaitu syarat, rukun, wajib bahkan sunnah ibadah tersebut dapat terpenuhi dengan tertib.

Ketiga, mengeluarkan biaya yang akan digunakan untuk ibadah haji, biaya perjalanan ataupun biaya untuk kebutuhan keluarga yang ditinggalkan diperoleh dengan cara yang halal bukan syubhat. Keempat, dampak atau efek yang diperoleh dari ibadah haji tersebut adalah positif bagi pelakunya, yaitu adanya perubahan kualitas perilaku ke arah yang lebih baik dan lebih terpuji dari yang sebelumnya.

Kelima, tidak melakukan rafats, fusuq, dan juga jidal. Rafats bukan hanya sekadar melakukan hubungan seksual tapi termasuk dalam melakukan pembicaraan ke hal yang porno dan pandangan matanya juga harus selalu dijaga. Fusuq ialah perbuatan fasik yang maksiat, misalnya, membicarakan keburukan orang lain, memfitnah dan atau mengadu domba seseorang. Sementara, jidal yang artinya itu melakukan perkelaihan atau berbantah-bantahan yang dapat menimbulkan permusuhan.

"Intinya itu ialah selama perjalanan ibadah di Tanah Suci, mereka dapat menahan hawa nafsu untuk tidak menimbulkan amarah orang lain sehingga dia harus banyak bersabar. Haji yang mabrur itu adalah haji yang benar-benar diterima oleh Allah SWT dan lawannya adalah haji mardud (tertolak)," terang Zainut. 

Banyak ulama yang memberikan pernyataan, bahwa ciri-ciri dari haji mabrur yang paling utama adalah berubahnya perilaku diri menjadi yang lebih baik lagi setelah berhaji. Meningkatkan semangat ibadahnya, lebih mendalami ajaran-ajaran agama yang sesuai, meningkatnya hasil usaha dan prestasi kerjanya.

Selain itu juga, menurutnya, dari segi kekeluargaan juga yang semakin tumbuh rasa saling cinta, mengasihi, pengertian dan sayang diantara anggota keluarga. Dan lebih dari itu dengan masyarakat juga yang semakin tumbuh kepedulian sosialnya. "Jadi yang dikatakan haji yang mabrur itu akan melahirkan keshalehan, baik keshalehan pribadi ataupun keshalehan sosial," paparnya.