Kiswah Ka’bah – Kain kiswah pada zaman dahulu di masa Kerajaan Arab Saudi masih berada di bawah penguasaan Kekhalifahan Turki. Kain sutra hitam dan bertuliskan kaligrafi ini ditenun dengan menggunakan benang emas, ternyata di buat di wilayah Mesir. Pada sebelumnya itu, kiswah yang konon sudah dibuat sejak zamannya nabi Ismail, pernah dibuat di Yaman. Kemudian, di masa kekhalifahan Turki, setiap tahunnya, sekitar sebulan menjelang tibanya musim haji, kain kiswah ini dibawa oleh sekelompok petugas kerajaan itu dari tempat pembuatannya yang terletak di Kairo menuju Makkah dengan melintasi kota tua Damaskus. Lalu dari kota tersebut, kiswah dibawa ke Makkah bersama dengan para rombongan peziarah haji.

Kiswah Ka’bah Lambang Kekhalifahan

Pada tahun 1326 ketika Ibnu Batutta pergi melaksanakan ibadah haji dari arah Damaskus. Kiswah Ka’bah saat itu berada diantara rombongan besar pezirah haji yang jumlahnya kala itu telah mencapai 20 ribu orang. Seperti sesuatu yang sudah sangat dimaklumi, mengingat bahwa jarak antara Damaskus-Makkah kira-kira terentang jarak 820 mil. Jarak tersebut merupakan jarak yang teleh ditempuh oleh pezirah dengan menaiki onta antara 40-45hari. Waktu yang lama. Tahun, 1990-an di zaman akhir Kekhalifaan Ottoman Turki rute tersebut kemudian dibangunkan rel kereta api yang mengular smpai ke tanah Hijaz. Namun, jalur kereta api tersebut sudah tidak ada lagi. 

Menjelang Perang Dunia II rel kereta api dibongkar dan diganti dengan jalur jalan kendaraan biasa. Bila naik bus, jalur Damaskus-Makkah yang sekarang ini ditempuh waktu sekitar 24 jam. sedangkan jalur Turki-Makkah itu di tempuh sekitar selama 40 jam. Bila kita runut mulai dari Damaskus jalan untuk menuju Makkah itu awalnya itu harus menuju ke arah selatan, menyisir sisi selatan Gurun Suriah hingga ke Oasis Ma’an. Mulai dari tempat ini alur perjalanan sedikit berbelok ke arah teggara, memutar Teluk Aqaba dan melintasi dataran tinggi yang ada di sepanjang pedalaman tepi timur pegungungan Hijaz. 

Usai tiba di Tabuk, yang menjadi pintu gerbang utara yang menuju kawasan Arabia, karavan pun berhenti dalam waktu beberapa hari untuk beristirahat sejenak sambil memberi makan dan minum unta-unta mereka. Badan yang bugar dan segar sangat diperlukan sekali sebab jalur perjalanan berikutnya akan memasuki daerah yang tandus bergunung-gunung yang gundul dan berlembah luas dengan berisi bebatuan sebab di zaman purba merupakan bekas lapangan lahar. Nuansa yang keras ini tetap harus dijalani bagaimana pun kondisinya sebelum masuk ke kota Madinah. Para pengelana gurun Arabia sejak dulu menceritakan bila wilayah utara Hijaz tersebut untuk sebagai suatu wilayah yang buas dan menakutkan.

“Bila sudah tiba di tempat itu, para peziarah dan orang-orang yang juga menuju Makkah sangat berisiko besar diserang oleh ‘samum’. Samum adalah angin gurun yang sangat kering. Dimana dalam kondisi seperti itu persediaan air bisa habis lalu menguap, harga air bisa mencapai seribu dinar, akan tetapi keduanya di pembeli maupun si penjual itu sama-sama mati,” Tulis pengalaman Ibnu Batutta.

Kala itu kain Kiswah berada pada barisan yang paling depan karavan peziarah haji. Benda itu dijaga oleh sejumlah orang yang dipimpin seorang pejabat tinggi yang telah ditunjuk Sultan Turki sebagai Amir Al-Hajj. Para rombongan yang membawa kiswah dan Amir Al-Hajj memakai bendera berwarna meriah. Kemudian dibawalah kiswah dengan menumpangkannya di banyak punggung unta. Tentunya, selama perjalanan yang cukup jauh sambil membawa kain kiswah mulai dari Mesir hingga menuju ke Makkah dengan cara melintasi gurun pasir yang saat itu sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan rasanya sulit sekali.

Apalagi mengingat bahwa kain kiswah itu luas 658 meter persegi dan terbuat dari sutera seberat 670 kilogram. Dimana jahitan kain kiswah terdiri dari benang emas seberat 15 kilogram. Kain ini juga terdiri dari 47 bagian kain dan masing-masing kain memiliki panjang 14 meter dengan lebar 101 meter. Namun, sangat disayangkan, kebiasaan memotong dan membagikan kain kiswah masih ada saja yang melakukannya untuk hal-hal kemusyrikan, beda dengan zamannya Umar bin Khattab. Kain kiswah selalu saja menjadi perhatian umat Islam. Sebab, Kiswah ternyata sangat berharga meski Cuma sepotong kain saja. info lainnya >> umroh akhir ramadhan murah | umroh akhir ramadhan murah 2018